Pages

Friday, June 25, 2010

Mpek-Mpek yang sebenarnya.

Pempek Bu DESI
Makanan yang satu ini memang udah gak asing lagi. Setiap dari kita pasti akan langsung membayangkan orang palembang atau pulau Sumatera, bahkan langsung terbayang sebuah kota yang sangat terkenal dengan makanan khasnya ini, Pempek, yaitu kota Palembang.
Namun zaman yang udah penuh dengan persaingan bisnis ini, membuat perdagangan makanan khas ini, tidak lagi mencerminkan kelezatan dari Pempek itu sendiri. Pembuatannya saja sudah lebih mementingkan faktor ekonomi, agar keuntungan yang ia dapatkan lebiih banyak, maka bahan baku utama dari pempek ini dikurangi. Sedangkan bahan baku utama dari makanan ini adalah ikan, yang notabennya sudah mulai menunjukkan peningkatan dalam tingkat harganya.
Ditengah-tengah persaingan yang begitu kuat, dalam merebut pasar agar memperoleh keuntungan yang lebih, ada sebuah Home Industri yang tetap mempertahankan kualitas dari pempek ini. Sebuah rumah yang cukup sederhana di kawasan perumahan Bambu Kuning, tepatnya di Blok F 7 no 1. Di sanalah sebuah usaha kecil-kecilan yang dipromotori oleh keluarga beranggotakan Ibu rumah tangga, Ibu Desi Kartika. Dengan seorang suami yang selalu mendukungnya yaitu Bapak Maman Rosidi S.H. beserta anggota keluarga yang lain.

Lezaaaaattt , sebuah kata yang terbesit ketika kita melihat penampilan makanan di samping ini. Sebuah makanan tidak akan nikmat ketika tidak ada yang menyantapnya. Makanya dengan mudah anda akan dapat menikmati makanan ini, ketika anda menghubungi (021)8784005. Dapat dilakukan pemesanan dalam jumlah banyak untuk acara pernikahan dan lain-lain.
Tidak seperti makanan cepat saji yang lain. Pempek Bu Desi dibuat masih dengan sentuhan tangan seorang pakar yang dibesarkan di Palembang. Sebuah Pempek tidak akan nikmat bila tidak ada kuah yang menyertainya, atau biasa disebut dengan "cuka". Kenapa saya memberikan tanda petik? karena dalam bahasa Indonesia, ada sebutan cuka lain, yaitu CH3COOH. Seperti yang kita ketahui, apabila makanan yang masih dibuat dengan sentuhan tangan , maka kelezatannya tidak akan hilang, seperti pada mesin-mesin yang membuat makanan siap saji yang dapat menghilangkan kelezatan dari makanan tersebut.

Banyak jenis dari Pempek itu sendiri, ada Pempek Kapal Selam, yang khas dari pempek ini adalah bentuknya yang mirip kapal selam, dan di dalamnya terdapat telur yang dapat memanjakan lidah kita dengan renyahnya pempek ini. Jenis lain yang sangat sederhana adalah Pempek Lenjer. Kenapa saya bilang sederhana? karena bentuknya hanya lonjong tanpa isi seperti pada pempek kapal selam. Namun untuk orang yang sangat menyukai ikan, jenis ini adalah yang paling pas. Karena tidak ada telur di dalamnya maka rasa ikan yang diciri khaskan oleh pempek ini sangat terasa dilidah kita. Salah satu jenis pempek yang asing ditelinga kita adalah Pempek Lenggang. Sebenarnya bukan hanya asing ditelinga kita, namun bagi saya juga pempek ini sangat asing. padahal tidaklah asing buat kita. Pempek ini adalah pempek yang lebih pas untuk orang yang sangat menyukai telur. Kenapa? karena memang pempek ini lebih terlihat seperti telur yang berisikan pempek. Namun bagi kita telur itu sangat biasa, di dalamnya pempek? itu yang luar biasa. Berbagi pengalaman, saya dulu yang baru tau pempek ini langsung bisa membelinya 3x, karena ternyata lebih lezat dari pempek yang lain. telurnya yang digoreng seperti telur dadar, membuat kita lebih mudah menyantap telurnya. Pokoke mantep deuh... hehehe


Selain Pempek yang merupakan makanan yang sudah sangat terkenal dikalangan masyrakat indonesia, ada makanan khas Palembang lain yang dibuat oleh Ibu Desi, yaitu Tekwan. Tekwan merupakan makanan berkuah yang memiliki bahan dasar yang sama dengan Pempek. Makanan ini disajikan dengan kuah sehingga lebih mantap bila disajikan dalam keadaan hangat, dan dapat disantap seperti baso pada umumnya.
Gambar di samping ini menunjukkan kelezatannya secara visual. Lebih lezat lagi ketika kita menyantapnya, maka dari itu langsung angkat telpon anda, dan langsung saja tekan nomer dibawah ini
(021)8784005
Dapat dilakukan pemesanan kapanpun via SMS ke
0818-o88-333-78


Coba dulu, pasti anda ketagihan.

Warning ! Pempek Bu Desi bukan hanya untuk orang Palembang.... ^^v

Kesemua penjelasan diatas merupakan sebatas pengetahuan saya, maka dari itu, apa bila ada yang tidak mengenakkan dapat ditunggu komentarnya. terima kasih.

Wednesday, June 23, 2010

TELAGA WARNA

Sebuah daerah konservasi, yang lokasinya berada di daerah wisata. Daerah yang sering dilalui oleh masyarakat pemudik. Namun masih belum terjamah. Nuansa yang diberikan begitu menyejukkan. Dengan populasi kera yang masih liar disana menjadikan daerah ini sangat asri dan sangat menunjukkan ke aslian dari daerah konservasi ini.
Sesuai dengan fungsinya sebagai daerah konservasi, daerah ini memiliki perlindungan dari departemen kehutanan. Walau dilindungi, daerah ini masih dapat dikunjungi oleh masyrakat.
Satu hal yang sangat membuat saya tercengang adalah, daerah ini sangat eksotis, namun biaya masuknya hanya 2000 rupiah untuk indonesia, dan 5000 rupiah untuk manca negara. Sebuah harga yang menurut saya kurang sepadan.namun begitu, dengan biaya masuk itu, daerah ini dapat tetap dirawat dan dilestarikan.
Saya ke daerah ini untuk melakukan rihlah bersama kawan-kawan saya. Sebelumnya saya tidak tahu daerah ini, bahkan menemukan daerah ini dengan tidak sengaja. Setelah berjalan menyusuri daerah puncak untuk menemukan daerah yang dapat digunakan untuk rihlah bersama kawan-kawan. Di daerah puncak pass, salah seorang teman saya dengan tidak sengaja menemukan plang "Telaga warna". Akhirnya kami mencoba masuk ke daerah ini. Memang sangat sulit untuk terlihat oleh kendaraan yang melintas, karna pintu masuknya sangat kecil, berbentuk gang. Namun dengan penuh keyakinan, kami masuk ke daerah tersebut.
Awalnya kami menemukan hamparan kebun teh yang sangat luas. Dengan penuh kekecewaan, saya bertanya dalam hati, "mana telaganya? koq malah kebun teh yang ada?" namun terus kami berjalan dan akhirnya menemukan sebuah pintu masuk yang bertuliskan "Telaga Warna. Indonesia 2000. Mancanegara 5000" wah murah sekali....
Setelah membayar uang masuk, kami masuk ke dalam daerah yang terdapat telaga warna di dalamnya. Dalam benak saya akan terpampang sebuah telaga yang membentang luas dengan warna yang biru dan warna-warna lain yang dapat mencengangkan orang yang melihatnya. Namun, lagi-lagi saya kecewa. Ternyata setelah masuk ke dalam, tidak seluas yang saya bayangkan.
Namun saya tetap masuk ke daerah tersebut. Sebuah kekecewaan tidak memiliki umur yang panjang. Semua itu tergantikan dengan adanya sekawanan kera liar disana. Karena kami membawa makanan ringan, kami membagikannya kepada mereka. Ditengah asiknya kami memberikan makan kepada mereka, kami terkejut, karena salah satu bungkus makanan ringan kami di ambil oleh salah seekor kera yang diam-diam menyelinap. Namun bukannya marah, kami terbahak-bahak melihat kecerdikan primata ini. Akhirnya kami memutuskan untuk mengambil beberapa buah foto mereka yang sedang asik mengunyah hasil jarahan mereka.
Sebuah daerah konservasi, membuktikan eksistensi departemen kehutanan dalam perlindungan lingkungan hidup. Namun begitu nampak nyata, bahwa partisipasi dari masyarakat yang kurang tanggap dalam hal menjaga lingkungan. Dengan jarangnya pengunjung yang datang ke daerah ini, menjadikan harga yang dipatok oleh penjaga daerah sana sangat rendah. Inikah wujud kepedulian kita terhadap alam?

Sebuah hal yang masih anda pertanyakan pasti. " Mana warnannya? koq cuma hijau doang?" Hahahaha itu dia yang saya rasakan ketika hadir disana. Sebuah pertanyaan yang sama menghinggapi saya dan juga kawan-kawan saya. Namun setelah berfikir panjang, ternyata memang namanya "telaga" pastilah warnanya hijau. Hehehehe
Di sana ada perahu rakitan dari bambu yang disewakan untuk pengunjung. Perahu ini tidak begitu mengerikan untuk dipakai, karena rakitan ini diamankan dengan adanya pelampung di samping rakit tersebut.
Untuk penggunaan rakit ini bisa di tumpangi oleh banyak orang, lebih dari 5. Namun pada saat itu, saya tidak ikut dengan teman-teman saya menaiki rakit karena tiba-tiba kepala saya sakit. Mungkin karena ketinggian, daerah ini berada di puncak. Untuk orang yang jarang naik gunung seperti saya, maka perubahan tekanan yang signifikan dapat membuat kepala kita kekurangan darah sehingga dapat menyebabkan sakit kepala. Dengan keadaan yang seperti itu, saya memutuskan untuk beristirahat di mushola di daerah itu. Mushola yang ada di sana juga sangat bagus dan terawat dengan konstruksi seperti rumah panggung yang terbuat dari kayu tanpa pembuatan dinding di kiri, kanan dan belakangnya. Hanya bagian depan yang diberi dinding agar berfungsi seperti hijab. Tentuu dengan atap yang dapat melindungi dari panas dan hujan.Sperti halnya daerah rekreasi lain, daerah ini juga memiliki alat bermain sederhana seperti ayunan. Dan disinilah sebuah kejadian yang tidak diduga terjadi. salah satu teman saya, mencoba menggunakan alat bermain itu. Bentuknya sangat simple, hanya berupa tali yang diikatkan ke tiang yang ada di atasnya sehingga tali itu menggantung dan tepat dibawahnya terdapat genangan air sebagai halang rintangnya.
Sebagai seorang yang cukup nekat, dia mencoba melakukan satu saja gelayutan di tali itu. Namun diluar dugaan ia tidak dapat menyebrangi genangan air tersebut. Malahan ia terjatuh ke genangan air itu.Setelah melakukan sholat zuhur, teman saya makin penasaran. Akhirnya ia memutuskan untuk mencoba lagi permainan itu. Dengan persiapan yang matang, segalanya telah dipersiapkan matang-matang. Sampai ia melompat, dan hampir sampai ke sebrang, namun hanya sebelah kaki ia sampai kesebrang. Karena tidak kuat cengkraman sendal yang ia gunakan di tanah sebrang. akhirnya ia terbawa lagi ke tengah genangan. Mencoba untuk minggir saja, namun ua tetap jatuh lagi ke genangan tersebut. Saat ia mencoba keluar, ternyata salah satu dari sendalnya tertinggal di dalam genangan air yang tanahnya sangat lengket. Dengan susah payah ia mencarinya, sebelumnya ia menemukan sebuah sendal dalam kubangan itu. Namun ukurannya sangat kecil. Dari situ kami menyimpulkan bahwa ternyata banyak korban sendal yang terjatuh dalam kubangan tersebut. Hahahha . akhirnya sendalnya di temukan dengan keadaan yang sangat kotor.
Pemandangan disana juga tidak kalah menarik. karena daerahnya yang merupakan puncak, sehingga hamparan kebun teh yang hijau memberikan kesan nyaman dan asri di pandang mata.
Dengan pengalaman saya ini, diharapkan dapat menarik perhatian kalian sehingga dapat dimafaatkan sebagai sarana mengingat betapa besar kekayaan Allah SWT yang diberikan kepada kita. Dan salah satu bentuk syukur kita adalah selalu melestarikannya.

Oh iya ada satu wahana lagi yang sangat menantang buat seorang petualang, di daerah konservasi ini juga ada lintas alam sekitar setengah kilometer. Serasa dalam hutan belantara kita didalamnya. Maka dari itu, coba sendiri kehebatan Telaga Warna dengan sejuta keindahan yang masih asri ditengah pembangunan yang semakin meluas.
Terima kasih.

Created by : Ripenk